PANDANGAN NORMALITAS DAN ABNORMALITAS DALAM PSIKOLOGI
Assalamualaikum Wr. Wb
Di postingan kali
ini saya ingin membahas mengenai keadaan mental kita dalam dunia psikologi,
dewasa ini banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui apa sih penyakit
mental itu, bahkan sebagian besar masyarakat kita menyepelekan masalah gangguan
mental. Parahnya lagi gangguan mental dapat menyerang siapa saja, tidak peduli
berapa usianya, jenis kelamin, status sosial dan lain sebagainya. Nah
dipostingan kali ini saya akan mengajak kita semua untuk lebih mengenal
mengenai gangguan mental atau abnormalitas dan tentu saja kita akan membahas
mengenai orang yang sehat mental juga untuk mengetahui perbedaan apa yang
paling signifikan antara seseorang yang memiliki mental yang sehat (normal) dan
seseorang yang mengalami gangguan mental (abnormal).
Manusia dan tingkah lakunya memiliki banyak keunikan. Tingkah laku yang muncul memberikan dampak bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Sebagian memberikan manfaat dan sebagian yang lain memberikan mudharat (efek samping negatif). Setiap dari masing-masing tingkah laku yang muncul, memiliki sebab yang berbeda-beda dan dikategorikan dalam dua kategori besar, yakni tingkah laku yang normal dan abnormal.
Oke kita langsung saja ke pembahasan!
1.
Apasih normalitas itu ?
World Health Organization (WHO) mendefinisikan, sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Karl Menninger, seorang psikiater, merumuskan kesehatan mental adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum. Kesehatan mental bukan hanya efisiensi, atau hanya perasaan puas, atau keluwesan dalam mematuhi berbagai peraturan permainan dengan riang hati.
Seorang Psikolog, H.B English, merumuskan kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap dimana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri atau relasi diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif, bukan sekedar berupa absennya gangguan mental. Berdasarkan beberapa rumusan diatas, sehat-normal merupakan keadaan positif, berupa kesejahteraan fisik, mental, sosial secara penuh yang ditandai dengan sikap hidup yang dinyatakan dengan kemampuan dalam keefektifan menyesuaikan diri baik interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
Seorang ahli statistik Prancis Adolphe Quetelet (1796-1849) membakukan konsep normalitas yang diberi nama "manusia rata-rata". Konsep manusia rata-rata ini kemudian diadopsi oleh seluruh masyarakat di seluruh dunia, dimana ukuran rata-rata disesuaikan dengan kondisi masing-masing masyarakat di setiap negara. Selain itu Quetelet juga memperkenalkan konsep "kelompok dibawah rata-rata".
Dua teori normalitas yang disodorkan Quetelet tersebut yang kemudian memunculkan konsep tentang kecacatan. Sebuah konsep yang didasarkan pada karakteristik rata-rata manusia. Karakteristik yang lebih menekankan pada kondisi fisik manusia seperti berat ,tinggi, dan bentuk tubuh. Maka jika ada salah satu kelompok atau individu dalam masyarakat yang memiliki karakteristik diluar karakteristik rata-rata, maka mereka digolongkan sebagai kelompok atau individu yang "tidak normal". Konsep ini kemudian berpengaruh pada pola pikir masyarakat kita terutama para ahli kesehatan dalam melihat kecacatan. Mereka berfikiran bahwa sesuatu yang berada diluar standard kenormalan harus dirubah atau disesuaikan untuk menjadi normal. Maka konsep rehabilitasi fisik ditawarkan oleh mereka sebagai solusı penyelesaian persoalan kecacatan. Operasi medik dilakukan terhadap mereka yang memiliki bentuk kaki ataupun tangan yang berbeda dari kebanyakan orang.
Definisi Normalitas Psikologi seseorang adalah fungsi mental
yang akurat dan efisien, meliputi Kognisi, Motivasi, Perilaku, Emosi, Self
Awareness, Self Control, Self Esteem, Hubungan Sosial Berdasarkan Afeksi,
Produktivitas dan kreativitas.
2.
Ciri-ciri pribadi yang normal
Deskripsi tentang pribadi yang normal dengan mental yang sehat dituliskan
dalam satu daftar criteria oleh Maslow and mitelmann dalam bukunya
"Principle of Abnomal Psychology", yang dikutip antara lain sebagai
berikut :
1. Memiliki perasaan aman (sense of
security) yang tepat. Dalam suasana sedemikian dia mampu
mengadakan
kontak yang lancar dengan orang lain dalam berbagai bidang.
2. Memiliki penilaian din (self evaluation) dan insight/wawasan rasional.
Memiliki harga diri yang cukup, dan tidak berkelebihan. Memiliki
perasaan sehat secara moril, tanpa ada rasa-rasa berdosa dan memiliki kemampuan
menilai tingkah laku manusia lain.
3. Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Mampu menciptakan
hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi
social dan relasi cinta. Dia mampu mengekspresikam rasa kebencian
dan kekesalan hatinya tanpa kehilangan kontrol terhadap diri sendiri.
4. Mempunyai kontak dengan relitas secara efisien, Yaitu kontak dengan dunia
fisik/materi tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan,
karena dia memiliki pandangan hidup yang realistis dan cukup luas tentang dunia
manusia.
5. Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat. Memiliki
kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada kemarnpuan dan gairah untuk
bekerja. tanpa dorongan yang berlebih-lebihan dan dia tahan menghadapi
kegagalan-kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan.
6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup. Dia bisa menghayati motif-motif
hidupnya dalam status sadar. Dia menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya, cita-cita
dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa membatasi ambisi-ambisi dalam
batasan-batasan kenormalan
7. Mempunyau tujuan/obyek hidup yang adekuat Dalam artian, tujun hidup
tersebut dapat bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis
dan wajar
8. Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu ada
kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku. Juga ada
kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan evalusi terhadap
kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapınya, agar supaya ia sukses.
9. Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan dari
kelompoknya tempat dia berada. Sebab dia tidak terlalu berbeda dari anggota
kelompok lainnya (tidak terlampau menyimpang). Dia mampu mengekang nafsu-nafsu
serta keinginan-keinginan yang dianggap sebagai tabu dan larangan oleh
kelompoknya.
10. Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap
kebudayaan. Namun demikian dia masih tetap memiliki originalitas (keaslian)
serta individualitas yang khas dan bisa membedakan antara perbuatan buruk dan
yang baik.
11. Ada integrasi dalam kepribadian. Ada perkembangan dan pertumbuhan
jasmaniah dan rohaniah yang bulat. Disamping itu dia memiliki moralitas dan
kesadaran yang tidak kaku sifatnya flexsible terhadap group dan masyarakatnya.
3.
Apasih Abnormalitas itu ?
Abnormalitas (atau
perilaku disfungsional) adalah sesuatu yang menyimpang dari normal atau berbeda
dari yang khas, adalah perilaku karakteristik yang ditentukan secara subyektif,
diberikan untuk mereka yang memiliki kondisi langka atau disfungsional.
Mendefinisikan yang normal atau abnormal adalah isu kontroversial dalam psikologi
abnormal.
1. Abnormalitas dan Konsep Motivasi
Setiap individu pada dasarnya memiliki konsep motivasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Konsep motivasi sendiri ialah dorongan dalam diri seseorang dalam menentukan atau melakukan tindakan. Jika seorang inidividu memiliki perilaku abnormal tentu hal tersebut berpengaruh pada konsep motivasi individu tersebut. Individu yang memiliki perilaku abnormalitas tidak dapat memenuhi tuntutan sosial yang ada di masyarakat dengan kata lain individu tersebut tidak dapat menyesuaikan dirinya. Dalam Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan Abraham Maslow, idealnya manusia "sehat" memiliki kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang. penghargaan, dan aktualisasi diri yang harus dipenuhi. Bagi orang yang "tidak sehat " bisa saja konsep motivasinya jauh seperti yang diharapkan atau tidak seperti masyarakat pada umumnya.
2. Abnormalitas dan Stress
Seseorang yang mengalami abnormalitas dapat disebabkan oleh stress, dan sebaliknya stress dapat disebabkan oleh abnormalitas. Hal ini berkaitan dengan penyebab sosiokultural. Seseorang bisa saja mengalami abnormalitas, seperti fobia atau depresi karena sebelumnya mengalami stress yang berkepanjangan. Saat manusia dihadapkan nada tekanan dalam dirinya atau dihadapkan pada suatu tekanan dari lingkungan sosialnya dan tidak mampu mengatasi atau mengontrol dirinya, maka hal tersebut dapat mengakibatkan munculnya gangguan psikologis seperti depresi atau skizofrenia yang membuatnya di anggap abnormal oleh masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang memang abnormal yang membuatnya tidak diterima di lingkungannya atau disisihkan menyebabkan ia mengalami stress dan pada akhimya mungkin saja menambah dan memperparah abnormalitas orang tersebut.
3. Abnormalitas dan Gender
Perbedaan gender pada manusia telah membentuk satu pembeda antara masing- masing gender, baik secara biologis maupun kerena faktor tuntutan masyarakat. Gangguan biologis penyebab abnormalitas bisa karena gangguan congenital, gangguan kromoson (struktur genetika), paparan bahan-bahan kimia, dan penyebab biologis lain. Sifat dari gangguan ini adalah genetik yaitu merupakan gangguan yang dibawa oleh gen sejak lahir. Pada beberapa kasus, abnormalitas memberi ciri pada proses genetik. Beberapa abnormalitas ini meliputi seluruh kromosom yang tidak terpisah dengan benar pada pasa pembelahan sel (fase miosis). Abnormalitas lain dihasilkan dengan adanya pewarisan gen yang abnormal atau adanya mutasi gen. Kadang saat gamet dibentuk. Sperma dan sel telur tidak mempunyai rangkaian normal 23 pasang kormosom. Contoh yang paling jelas adalah sindrom down dan abnormalitas kromosom jenis kelamin.
4. Sosiokultural
Selain itu faktor sosiokuitural juga menentukan siapa individu dalam suatu kelompok gender yang merupakan pribadi yang abnormal. Perilaku seksual dianggap normal apabila sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan dianggap abnormal apabila menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat. Salah satu contohnya adalah sifat Maskulinisme yang melekat pada pria dimana pria diharapkan oleh masyarakat untuk dapat berbuat agresif, untuk bersaing dan sebagai pemimpin, sehingga untuk pria yang menolak untuk memenuhi tuntutan masyarakat biasanya akan dikucilkan. Atau sifat Feminim dituntutkan oleh masyarakat pada wanita untuk bersikap lemah lembut, dan sanksi pengucilan jika menolaknya: Maskulin dan feminim bukan saja ditentukan oleh sikap melainkan juga dengan pakaian, pilihan pekerjaan, hobi, kelompok sosial, dan yang paling sering dipemasalahkan adalah orientasi seksual yaitu dimana terdapat berbagai kelompok (Lesbian, Homoseksual, Biseksual, Aseksual, dan beragam kelompok diluar kelompok orang yang memiliki orientasi seks yang normal). Namun karena perbedaan budaya di beragam tempat maka status abnormal seseorang tergantung pada dimana orang tersebut tinggal.
5. Sehat Mental
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain, Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.
Orang yang sehat mentalnya adalah terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam dirinya. Seseorarg dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.
Sehat mental menurut Killander yaitu orang-orang yang memperhatikan kematangan emosional, kemampuan menerima realita, kesenangan hidup bersama orang lain, memiliki filasafat/ pegangan hidup. Rincian pengertian ini adalah.
1. Kematangan emosional
: Tiga dasar emosi adalah cinta, takut, marah. Tiga ciri perilaku dan pemikiran
pada orang yang matang emosinya misalnya: disiplin diri, determinasi diri, dan
kemandirian.
2. Kemampuan Menerima
Realita: Adanya perubahan antara dorongan, keinginan dan ambisi di satu pihak
dan peluang dan kemampuan di pihak lain. Memiliki kemampuan realitas yaitu
mampu memecahkan masalah dengan segera dan menerima tanggung jawab. Selain itu
Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan terbuka untuk pengalaman dan gagasan
baru.
3. Hidup bersama dan
bekerjasama dengan orang lain: Hakekat sebagai makhluk sosial tidak sekedar
bersedia dan mampu bekejasama untuk mencapai prestası yang lebih tinggi
daripada dikerjakan sendiri, melainkan juga karena tidak dapat bertahan hidup
sendiri.
4. Memiliki
pandanan hidup: Pandangan yang senantiasa membimbingnya untuk berjalan di arah
yang benar
Terimakasih karena
telah membaca tulisan ini, semoga dapat menambah pengetahuan kita semua dan
pesan saya jangan sekali-kali kita mendiagnosa diri kita sendiri karena sakit
mental adalah perkara serius, hanya seorang ahli dibidangnya lah yang dapat
mendiagnosa anda.
Salam sehat.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
1 comments:
Izin promo ya Admin^^
bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~
Post a Comment
Berkomentarlah Dengan Sopan ...Tombol G+1 nya di klik yah ada di dekat judul paling atas Makasih